Amin, Martapura 2025 - Mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAI Darussalam Martapura, berhasil membuat hidangan tradisional khas Banjar, Cacapan Asam, sebagai bagian dari tugas final test mata kuliah Islam dan Budaya Lokal.
Kegiatan tersebut dilaksanakan pada Kamis, 16 Januari 2025, dan menjadi momentum penting dalam melestarikan salah satu kekayaan kuliner khas Kalimantan Selatan. Cacapan Asam adalah makanan tradisional yang berbahan dasar buah-buahan berasa asam, seperti mangga muda, asam jawa, jeruk nipis, belimbing tunjuk, ramania, serta berbagai bumbu rempah khas Banjar.
Hidangan ini sering digunakan sebagai pelengkap berbagai sajian khas, terutama makanan yang diolah dengan cara dibakar, direbus, digoreng, atau diasinkan. Dalam tradisi masyarakat Banjar, makanan seperti ikan bakar, ayam panggang, atau sambal goreng biasa disantap dengan mencocolnya ke dalam Cacapan Asam sebelum dinikmati bersama nasi.
Amin mengungkapkan alasan di balik pilihannya untuk membuat hidangan tersebut. “Saya memilih membuat Cacapan Asam karena cara pembuatannya yang sangat mudah. Selain itu, saya ingin melestarikan warisan kuliner Banjar yang sekarang mulai jarang ditemui di kalangan anak muda,” ujarnya. Dalam proses pembuatannya, Amin menggunakan bahan-bahan segar yang mudah ditemukan di pasar tradisional setempat. Buah-buahan seperti mangga muda dan jeruk nipis dipotong kecil-kecil, lalu dicampur dengan bumbu seperti garam, gula merah, cabai, dan terasi. Semua bahan kemudian diaduk hingga merata, menciptakan perpaduan rasa asam, pedas, manis, dan gurih yang khas.
Tugas final test ini merupakan bagian dari upaya Fakultas Tarbiyah IAI Darussalam Martapura untuk mengintegrasikan nilai-nilai budaya lokal dalam pembelajaran akademik. Ibu Emilya Ulfah, M. Pd., Dosen Pengampu, menjelaskan bahwa program ini dirancang untuk mendorong mahasiswa mengenal dan melestarikan budaya lokal melalui pendekatan yang relevan dengan konteks pembelajaran. “Kami ingin mahasiswa tidak hanya memahami teori, tetapi juga mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, mereka turut berkontribusi dalam menjaga kekayaan budaya kita,” ujarnya.
Lebih lanjut Ibu Emilya menambahkan “Melalui kegiatan ini, mahasiswa tidak hanya belajar mengenai budaya lokal, tetapi juga memahami pentingnya menjaga identitas dan keunikan budaya mereka di tengah arus globalisasi,”
Menurut data dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kalimantan Selatan, makanan tradisional seperti Cacapan Asam kini semakin jarang ditemukan, terutama di kalangan generasi muda. Hal ini disebabkan oleh perubahan gaya hidup dan dominasi makanan cepat saji yang kian populer. Oleh karena itu, upaya pelestarian melalui kegiatan akademik seperti ini menjadi sangat penting. Kegiatan ini juga mendapat apresiasi dari rekan-rekan mahasiswa lainnya.
Salah satu teman sekelas Amin, Muhammad Hilmi Nurrifani, menyatakan kekagumannya terhadap inovasi yang dilakukan. “Apa yang dilakukan Amin menunjukkan bahwa kuliner tradisional kita tidak hanya enak, tetapi juga punya nilai budaya yang tinggi. Semoga semakin banyak mahasiswa yang terinspirasi untuk melakukan hal serupa,” ujar Hilmi.
Di akhir sesi presentasi, Amin menampilkan hasil kreasinya di depan dosen dan teman-teman sekelas. Hidangan Cacapan Asam yang ia buat berhasil mencuri perhatian dan mendapatkan penilaian tinggi. Kegiatan ini diakhiri dengan sesi diskusi mengenai peran generasi muda dalam melestarikan budaya lokal, yang berlangsung penuh antusiasme.
Melalui kegiatan ini, Fakultas Tarbiyah IAI Darussalam Martapura kembali menunjukkan komitmennya dalam menjaga dan mengembangkan warisan budaya lokal. Dengan melibatkan mahasiswa dalam praktik langsung seperti pembuatan Cacapan Asam, kampus ini berharap dapat mencetak generasi muda yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki kesadaran budaya yang kuat. Sebagai generasi penerus, mahasiswa seperti Amin menjadi contoh nyata bahwa melestarikan budaya lokal tidak harus dilakukan melalui langkah besar, tetapi dapat dimulai dari hal-hal sederhana. Semangat untuk menjaga tradisi ini menjadi inspirasi bagi semua pihak untuk terus mencintai dan melestarikan kekayaan budaya Banjar.